Pilkada Serentak Sarat Kepentingan dan Politik Uang*
9 Desember nanti seluruh masyarakat
Indonesia akan menjalani pesta demokrasi. Pesta demokrasi tersebut bertajuk
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Hal ini merupakan terobosan baru
dalam dunia perpolitikan Indonesia. Meskipun begitu, pemerintah dinilai belum
maksimal dalam segi fasilitas dan konseptual.
Demikian disampaikan pendiri Lingkar
Madani, Ray Rangkuti dalam Seminar Nasional bertema Implementasi Kebijakan Politik Dalam Negeri Jelang pilkada serentak
2015 di Aula Madya lantai 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (15/9).
Ia menambahkan, pemerintah Indonesia dirasa
belum matang dalam menyiapkan pilkada serentak. Hal itu dapat dilihat dari rancangan
pilkada yang selalu berubah dari tahun ke tahun. Selain itu, politik uang masih
marak terjadi disaat pilkada berlangsung. “Masih ada calon yang memberikan uang kepada
partai politik,” katanya.
Tak
hanya itu, sebagian daerah di Indonesia pun masih belum siap untuk mengadakan
pilkada serentak. Semisal Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Tengah (Sulteng),
dan terutama di Poso. Meskipun begitu, ia pun berharap dengan adanya pilkada
serentak di
Indonesia dapat melahirkan pemimpin daerah yang jujur, amanah, dan dapat mensejahterahkan rakyat.
Senada
dengan Ray, Peneliti Indostategi,
Andar Nubowo mengatakan, harus diakui praktik
politik uang di Indonesia tak bisa dihindari. Di sisi lain, pelaksanaannya pun sering kali ditimpangi oleh
kepentingan pribadi dan kelompok. ”Calon diberi dana oleh pengusaha untuk
membiayai kampanyenya,” katanya.
Sebab
jika calon yang di dukung itu menang dalam pilkada,
lanjut Andar, tentu saja pengusaha tersebut akan
meminta bagian untuk memperluas jaringan usahanya tanpa memikirkan kepentingan rakyat. Dengan demikian adanya demokrasi
akan terasa percuma bila pemimpin kerap mementingkan pengusaha atau kelompok
tertentu
saja. Andar
juga berharap mahasiswa sebagai kaum terpelajar bisa memberikan kesadaran dalam
menjalankan Pilkada di indonesia.
Ketua
pelaksana Dendi Budiman mengatakan, diskusi publik ini bertujuan memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa baru terkait pilkada serentak. Terlebih peran mahasiswa
sangat berpengaruh besar untuk kemajuan daerah tempat
tinggalnya. Sebab mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa.”Mahasiswa
tak boleh acuh dengan daerahnya sendiri,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kini banyak mahasiswa
memandang negatif politik Indonesia. Maka dari itu Riungan Mahasiswa Sukabumi
(Rimasi) beinisiatif memberikan penyadaran kepada mahasiswa bahwa politik bukan
hanya sekadar korupsi dan
berbagi
kursi. Akan tetapi politik merupakan tanggungjawab semua elemen masyarakat.
*Berita ini dipost di www.lpminstitut.com
Comments
Post a Comment