Singo Barong Syarat Cinta Dewi Sekar Taji
Dung.. Dung..
Dung.. Gong mulai berbunyi bersautan
dengan alunan gamelan menghasilkan harmonisasi nada yang berirama. Bersamaan
dengan bunyi alunan gamelan, seketika muncullah dua anak lelaki mengenakan
topeng bermata besar dihiasi bulu angsa di sisi topeng. Mereka mulai menari
dengan menggerakkan pinggul dan tangan secara bersamaan.
Tak hanya itu, kedua
lelaki tersebut pun menyelingi tariannya dengan gerakan akrobatik. Seperti
berjalan menggunakan tangan dan melompat sambil memutar badan di udara. Gerakan
tersebut berhasil memukau dan membuat penonton berdecak kagum. Sontak suara
gemuruh tepuk tangan memenuhi seisi ruangan.
Sesaat kemudian, datang
lagi dua lelaki lain memakai rompi hitam dan ikat kepala terbuat dari batik khas
Keraton Jawa. Keduanya biasa disebut Bancak Doyok pengawal Raja Raden Panji
Asmoro Bangun dari kerajaan Kediri. Kala itu Raden Panji memendam rasa dan
jatuh hati kepada Dewi Sekar Taji seorang putri catik asli Kerajaan Janggala.
Berkat kecantikan dan
kemolekkan tubuh Dewi Sekar Taji, Raden Panji Asmoro Bangun berniat untuk
mempersunting dan menjadikan Dewi sebagai permauisurinya. Akan tetapi, Raden
Panji mendapatkan tantangan. Dewi Sekar Taji menantang Raden Panji untuk menangkap
Singo Barong, seekor hewan buas untuk menjadikannya mahar pernikahan.
Raden Panji pun memerintahkan
pengawalnya untuk memburu Singo Barong. Akan tetapi Raden Panji merasa Bancak
Doyok belum mampu mengalahkan Singo Barong. Maka dari itu, ia kembali
memerintahkan Bancak Doyok untuk meminta bantuan kepada saudaranya yakni Joko
Lodro.
Setelah Bancak Doyok
menemui Joko Lodro, Joko Lodro pun bersedia membantu Raden Panji Asmoro Bangun untuk
mengalahkan Singo Barong. Sekian lama mencari, akhirnya Bencak Doyok dan Joko Londro
menemukan Singo Barong lalu terjadilah pertempuran sengit di antara mereka. Dengan
kesaktian Joko, Singo Barong tunduk dan mengakui kekalahannya.
Setelah itu, Joko Londro
dan Bancak Doyok membawa Singo Barong untuk diserahkan kepada Raden Panji Asmoro
Bangun. Namun dalam perjalanan pulang Joko Lodro dan bancak Doyok dihadang
Klono Sewandono, seorang raja yang juga ingin mempersunting Dewi Sekar Taji.
Seketika kemudian terjadilah
perseteruan antara Joko dan Klono. Perseteruan tersebut berujung pada
pertempuran hebat. Pertempuran berjalan sengit, saat itu pula Joko mengeluarkan
senjata pusakanya berupa golok sakti. Alhasil Joko memenangkan pertarungan sehingga
Klono lari kocar-kacir.
Penyerahan Singo Barong
kepada Raden Panji, menjadi penutup dalam pentas seni bertajuk “Seni Reog
Barong” di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (13/9). Menurut Ketua penyelenggara
Seni Barong, Totok Ismoyo, pementasan barong bertujuan untuk melestarikan kesenian
daerah. Selain itu, ia juga ini ingin mengedukasi penonton agar selalu tulus
dalam menolong sesama.
Salah satu penonton,
Tri Wijiati mengaku terkesan dengan adanya pementasan tersebut. Sebab ia dapat mengingat
pementasan Reog Barong yang dahulu kerap dipertunjukkan di daerahnya. Lebih
lagi ia juga mengakui penyajian dalam pentas seni kali ini sangat menghibur. “Gerakan
pemainnya atraktif, tertib, dan rapi,” ungkap perempuan asli Grobogan ini.
Senada dengan Tri,
Ahmad Yasir juga mengapresiasi penampilan seni Reog Barong ini. Di sisi lain
penampilan seni tersebut dapat memperkenalkan ragam kesenian asli Indonesia kepada
masyarakat luar. ”Cintai kesenian negeri sendiri agar tidak direbut asing,” ujarnya. (Yayang Zulkarnaen)
Comments
Post a Comment