KBM UIN Jakarta Tolak Sistem Pengelolaan Parkir Baru*
Untuk yang ketiga kalinya,
mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar
aksi menolak sistem pengelolaan parkir baru. Kali ini aksi dilakukan oleh
mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta di depan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Rabu (16/03).
Sebelumnya aksi serupa juga
dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Patriotik
Indonesia (GPPI). Dalam aksi kali mahasiswa tetap konsisten dengan penolakannya
terhadap pengelolaan parkir baru. Namun dalam aksi kali ini mahasiswa lebih
menekankan kepada transparansi anggaran pengelolaan parkir.
Seperti yang dijelaskan oleh salah
satu peserta aksi, Muftie Arif, aksi tersebut karena kampus bukanlah ladang
untuk mencari keuntungan. Menurutnya dengan masuknya instansi swasta ke
instansi negeri akan menguntungkan beberapa pihak. “Meskipun memang sebenarnya
dalam UUPT no 12 tahun 2012 pemerintah memberi kewenangan bekerjasama dengan
swasta dalam mencari dana oprasional pendidikan,” katanya saat aksi
berlangsung, Rabu (16/03).
Selain itu, Arif juga mengatakan
selama tiga kali melakukan aksi, pihak rektorat hanya mengajak mediasi tanpa
memenuhi apa yang mahasiswa tuntut. “Kalau hanya mengajak mediasi tapi tuntutan
kami tidak direspon ya sama saja tidak ada artinya,” ketusnya.
Aksi kali ini sempat mendapat
perhatian dari warek tiga bidang kemahasiswaan, Yusron Razak. Yusron beserta
salah satu dosen Fakultas Ushuluddin, Mutholib, sempat menghalangi aksi yang
akan digelar KBM UIN tersebut. Namun, peserta tetap melaksanakan aksinya
setelah Yusron serta Mutolib meninggalkan tempat.
Salah satu comedian Dzawin Nur
Ikram, yang lebih dikenal Dzawin ikut berkomentar saat menyaksikan aksi yang
dilakukan mahasiswa tersebut. Ia mengaku sudah lama tidak melihat aksi yang
dilakukan mahasiswa. Menurutnya dengan adanya aksi seperti ini menunjukan
mahasiswa masih peka dengan keadaan sekitar. “Tapi gua rasa segini sih masih
kurang, kemungkinannya banyak mahasiswa yang blum kuliah atau makin banyak
mahasiswa yang apatis” katanya sambil ketawa.
Dzawin juga mengemukakan bahwa
sebenarnya ia tidak keberatan dengan berapapun harga parkir, asalkan pengelolaan
anggaran itu jelas. “Kalau menurut gua, gak masalah bayar seribu. Tapi
masalahnya uangnya kemana? Kalau dulu 2009 awal gua masuk kuliah malah parkir
itu gak bayar dan lebih aman. Cuman nunjukin STNK, kalau gak ada STNK
bener-bener gak bisa keluar, kalau sekarang kan beda, Cuma ngasih karcis sama uang
gope, udah kelar,” tuturnya.
Menanggapi hal ini, salah satu
petugas keamanan, Safrudin mengatakan tidak masalah mahasiswa melakukan aksi seperti
itu asalkan tidak anarkis. “Tugas kita ya melindungi aset negara, selama
mahasiswa tidak merusak atau anarkis kita gak masalah. Kalau sudah anarkis itu
baru urusan kita” tutupnya. (Yayang Zulkarnaen)
*Berita ini dipost di www.lpminstitut.com
Comments
Post a Comment