Dialog Sarana Membentuk Kerukunan Beragama*

Richard C Shalter, Salahudin Kafrawi, Sri Mulyati, dan Muhammad Shafik (dari kiri ke kanan) dalam Seminar Nasional bertajuk Interfaith Dialogue : Religious Life Experiences In USA di ruang teater lantai empat FU UIN Jakarta, Jum’at (29/5).

Dalam menjalankan kehidupan beragama disuatu negara masyarakat dituntut memiliki rasa toleransi agama yang kuat. Maka dari itu, dialog merupakan hal terpenting untuk meminimalisir adanya perselisihan yang berujung pada tindakan anarkis. Dengan berdialog masyarakat juga bisa memperdalam pemahaman antar agama.

Demikian disampaikan Asisten Profesor Studi Agama Hobart and Wiliam Smith Colleges, Salahudin Kafrawi dalam Seminar Nasional bertajuk Interfaith Dialogue : Religious Life Experiences In USA di ruang teater lantai empat Fakultas Ushuluddin (FU) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulloh Jakarta, Jum’at (29/5).

Ia menambahkan, terjadinya anarkisme antar agama, disebabkan dari perbedaan pemahaman. Seharusnya, hal itu dapat dihindari dengan berdialog intensif antar masyarakat. “berdialog dapat memperkecil tejadinya kekerasan fisik.” ucapnya.

Dialog yang dilakukan pun harus bersifat interaktif, kata Salahudin, dengan begitu masyarakat berbeda agama dapat saling mengerti dan memahami ajaran masing-masing. Terlebih, bila rutin dilakukan akan menambah rasa toleransi beragama dalam diri.

Sebagian masyarakat Amerika menilai Islam sebagai agama pendukung kekerasan,  ujarnya. Namun, setelah terjadi dialog antara masyarakat muslim dan non muslim di Benua Amerika. Akhirnya, mereka menyadari anggapan Islam itu keras merupakan sebuah kekeliruan.

Di sis lain, Salahudin berharap masyarakat muslim harus menjadikan Al-quran sebagai sumber pokok dalam kehidupan. Sebab, sering kali mereka lebih mengutamakan penafsiran manusia daripada Al-quran. Tak hanya itu, pemahaman terhadap Al-quran pun bukan hanya sebatas tekstual saja namun lebih pada makna isi kandungan ayatnya.

Ketua pelaksana acara, Maulana Ikhsan menjelaskan, seminar ini merupakan bentuk kepedulian mahasiswa terhadap toleransi beragama. Lebih lagi, dapat menambah pengetahuan mahasiswa maupun dosen program magister S2. Selain itu, seorang muslim baiknya berani berdialog dengan orang non muslim agar tercapai kerukunan beragama. 

Salah satu peserta seminar, Azwar mengaku bangga, bisa mengetahui cara baik berdialog  berbeda agama.. Pengetahuan tersebut dirasa diperlukan mahasiswa khususnya masyarakat, mengingat kini sudah banyak perselisihan berlatar belakang agama. Kebebasan beragama mesti ditegakkan, dialog antar agama harus terus dibiasakan.” tutupnya. (Yayang Zulkarnaen)


*berita ini dipost di www.lpminstitut.com

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Dari Kisah Sukses Para Pengusaha

Leak Survey, Jamin Kemanan Gas Bumi PGN

Singo Barong Syarat Cinta Dewi Sekar Taji