Buruknya Akses ke Desa Tak Halangi GBM Kirim Relawan
“Tugas kita adalah melanjutkan perjuangan pendiri negeri ini, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.” Hal tersebut disampaikan Angga Putra Fidrian dalam acara Seremoni Pelepasan Pengajar yang diadakan Gerakan Banten Mengajar di SD Ruhul Amin, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (5/8).
Acara yang dimulai dengan
menyanyikan lagu Indonesia Raya itu tampak khidmat diikuti seluruh peserta. Dalam acara tersebut para
peserta diberi motivasi dan arahan agar siap menerima kondisi yang akan mereka hadapi.
“Di sana, kalian akan mengalami dan merasakan ketika kalian menjadi mereka,”
tutup Angga.
Sekitar pukul 11.00
WIB, mobil jip warna merah mulai terlihat terparkir di tepi jalan. Tak lama
kemudian lima mobil jip lain yang menyusul di belakangnya. Mereka merupakan
Komunitas Suzuki Jip Indonesia (SJI) yang akan mengantarkan para pengajar ke
Banten.
Setelah barang bawaan
selesai dirapikan, pukul 00.30 WIB dini hari semuanya mulai melakukan
perjalanan. Selama menempuh perjalanan, jalan terlihat lengang dan lancar. Setelah
enam jam melakukan perjalanan dengan jarak tempuh mencapai 145 kilo meter,
rombongan akhirnya memutuskan untuk rehat sejenak.
Kemudian sekitar pukul
07.30 perjalanan pun dilanjutkan dengan jalan yang lebih sulit karena penuh
batu dan lumpur yang dalam. Perjalanan pun sempat terhambat karena salah satu
mobil suzuki macet di lumpur sehingga harus diderek mobil lain. Salah satu
anggota SJI Imam Tri Mulyanto mengungkapkan, sulitnya jalan yang ditempuh
merupakan salah satu alasan perjalanan ditempuh menggunakan mobil offroad.
"Kerjasama dan safety on the way
juga penting, pokonya jangan anggap remeh track
yang ditempuh," ujar pria yang akrab disapa Imam ini, Sabtu (6/8).
Imam juga mengatakan,
buruknya akses ke desa akan mempengaruhi kualitas pendidikan dan ekonomi
masyarakat setempat. Menurutnya harusnya jalan menuju desa diperbaiki terlebih
dahulu untuk memudahkan jika ada bantuan. "Ya kalau jalan bagus kan gak
usah pake mobil offroad juga bisa ke sininya," ucapnya.
Sekitar pukul 10.00
akhirnya rombongan sampai di rumah kepala sekolah SD Kuta Karang 1, Mamat
Basuni. Semua rombongan istirahat di sana sebelum kemudian di terjunkan ke lima
sekolah yang berbeda yaitu SD Kuta Karang 1, SD Kuta Karang 2, SD Kuta Karang
3, SD Kiara Jangkung, dan SD Cikiruh. Di tiap SD, para peserta akan mengajar
selama dua minggu.
Ketika mengunjungi SD
Kuta Karang 3, kondisi bangunan sedang direnovasi karena sudah tak layak pakai.
Sehingga para murid terpaksa belajar di luar ruangan dengan berpayung terpal
yang disangga bambu. "Bangunannya udah pada retak mas dan lantainya juga
pada pecah, mungkin karena kondisi tanahnya yang aga gembur jadi kaya
gitu,"ujar Endi Endang Kusnadi salah satu pengajar di sana, Sabtu (6/8).
Di samping itu, pendiri
GBM Fauzan Arrasyid mengungkapkan tujuan adanya GBM ini untuk membentuk pemuda
yang bisa merubah keadaan. Menurutnya kebanyakan pemuda hanya mengeluhkan
keadaan tapi tidak punya inisiatif untuk membuat perubahan. "Mudah-mudahan
dengan semakin banyaknya penggerak, masalah perlahan bakal selesai," harap
pria kelahiran Medan ini, Minggu (7/8).
Semua pengajar
berjumlah 15 orang yang merupakan hasil seleksi dari jumlah yang mendaftar 130
orang. Menurut ketua difisi program Hasna Fikriyani peserta yang lolos adalah
mereka yang punya komitmen besar untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.
"Kita sih liatnya dari kesungguhannya, yang penting punya
kemauan,"katanya, Sabtu (6/8).
Sementara itu, salah
satu peserta GBM Hasan Abdullah mengatakan ia tertarik mengikuti program ini
yaitu untuk mencari pengalaman. Menurutnya belajar itu tidak mesti di kampus
saja. "Dengan terjun langsung kita bisa banyak mengambil pelajaran dari
masyarakat, " tukasnya, Sabtu (6/8).
Yayang Zulkarnaen
Comments
Post a Comment