Inovasi Pemuda Banten, Gerakan Banten Mengajar (GBM)
“Tugas kita adalah melanjutkan perjuangan
pendiri negeri ini…” masih terngiang kalimat tersebut di telingaku. Ketika masih duduk di sekolah dasar, guru
sejarahku menceritakan bagaimana sulitnya para pahlawan merebut kemerdekaan
dari penjajah, Menjelaskan bagaimana tertindasnya pribumi di negeri sendiri,
hingga tumpah darah untuk menggapai kemerdekaan ini.
Sekarang,
setelah 71 tahun deklarasi kemerdekaan, giliran kita sebagai penerus bangsa
melanjutkan perjuangan untuk Indonesia. Perjuangan itu sebenarnya sederhana,
lakukan apa yang bisa kamu lakukan untuk membuat perubahan.
Tanpa
disadari, kita hanya terfokus dengan pertumbuhan ekonomi dan politik di
perkotaan, hingga daerah terpencil luput dari perhatian kita. Masih banyak
fasilitas yang kurang di beberapa daerah dan sulitnya akses ke desa. Untuk itu
kita sebagai pemuda harus bergerak membuat Inovasi Daerah
Ada
kabar baik dari Gerakan Banten Mengajar (GBM), 5 Agustus 2016 lalu GBM mengirim
pengajar ke 5 sekolah di Banten. GBM adalah kumpulan pemuda yang peduli dengan
pendidikan di daerah. Mereka mempelajari dan mengabdikan diri untuk mengajar
selama dua minggu di Kec. Cibitung, Pandeglang, Banten.
Tujuan
adanya GBM adalah untuk membentuk pemuda yang bisa merubah keadaan. Karena
kebanyakan pemuda hanya mengeluhkan keadaan tapi tidak punya inisiatif untuk
membuat perubahan. Harapannya, dengan semakin banyaknya penggerak, masalah
perlahan akan selesai.
Semua
pengajar berjumlah 15 orang yang merupakan hasil seleksi dari 130 orang yang
mendaftar. Menurut ketua difisi program GBM Hasna Fikriyani, peserta yang lolos
adalah mereka yang punya komitmen besar untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.
Peserta
GBM Hasan Abdullah mengatakan ia tertarik mengikuti program ini yaitu untuk
mencari pengalaman dan mengabdikan diri. Menurutnya belajar itu tidak mesti di
kampus saja. "Dengan terjun langsung kita bisa banyak mengambil pelajaran
dari masyarakat, " ucapnya ketika ditanya alasan ikut GBM, Sabtu (6/8).
Jumat
malam itu, setelah 4 bulan melakukan persiapan akhirnya waktu pemberangkatan
pun tiba. Setelah panitia dan peserta berkumpul, acara pelepasan dimulai di SD
Ruhul Amin, Ciputat, Tangerang Selatan. Dalam acara pelepasan semua peserta
diberikan motivasi dan arahan ketika bersama masyarakat.
“Kalian
harus pandai menyesuaikan diri, terima apapun yang disediakan di sana dan
berbaurlah dengan masyarakat. Kalian akan mendapat banyak pelajaran berharga
yang bisa kalian bawa pulang,” ucap Inisiator GBM Fauzan Arrasyid saat acara pelepasan
berlangsung.
Setelah
pelepasan berlangsung, sekitar pukul 12 malam semua peserta berangkat
menggunakan mobil Jip. Perjalanan dilakukan menggunakan mobil offroad karena akses menuju desa sangat
buruk dan sulit dilalui kendaraan biasa. Untungnya Komunitas Suzuki Jip
Indonesia (SJI) bersedia mengantar sampai tempat tujuan. SJI merupakan
komunitas yang terjun di bidang sosial kemanusiaan terutama memberi bantuan ke
daerah terpencil.
Setelah
10 jam melakukan perjalanan, akhirnya rombongan sampai di rumah kepala sekolah
SD Kuta Karang 1, Mamat Basuni. Semua rombongan istirahat di sana sebelum
kemudian di terjunkan ke 5 sekolah yang berbeda yaitu SD Kuta Karang 1, SD Kuta
Karang 2, SD Kuta Karang 3, SD Kiara Jangkung, dan SD Cikiruh.
Ketika
mengunjungi SD Kuta Karang 3, kondisi bangunan sedang direnovasi karena sudah
tak layak pakai. Sehingga para murid terpaksa belajar di luar ruangan dengan
berpayung terpal yang disangga bambu. "Bangunannya udah pada retak dan
lantainya juga banyak yang pecah,” kata salah satu pengajar di sana, Endi
Endang Kusnadi.
Sampai
saat ini, setelah dua kali melakukan kegiatan di Cibitung, Banten, GBM telah
membuat dua Pustaka Desa. Buku yang ada di Pustaka Desa tersebut merupakan
hasil dari sumbangan yang dikumpulkan peserta sebelum berangkat. Program GBM
ini ditargetkan berlangsung sampai 2019 di lokasi yang sama.
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku
Comments
Post a Comment